“Sambaran petir yang samar...
mendungnya langit...
akankah turun hujan?
Inginkah kau
bersamaku?”
“Sambaran
petir yang samar...
meski
hujan tak kunjung turun...
Aku
tetap disini...
bersama
dirimu.”
Tiba-tiba
ingin review anime berlatar musim hujan. Maklum, Bandung, kota dimana saya
lahir dan tumbuh besar (serta tempat saya menemukan jodoh mungkin, Amin), sering
diguyur hujan di penghujung tahun 2014 ini. Karena lagi sering hujan,
kecenderungan galau menerpa akan meningkat (darimana coba korelasinya, perasaan
ujan ga ujan galau mah tetep aja, XD). Oleh karena itulah, saya review anime
yang recommended ditonton saat musim hujan dan buat galau-galauan.
Kotonoha
no Niwa atau Garden of Words in english,
adalah anime karya Makoto Shinkai yang diproduksi studio animasinya, ComixWave.
Makoto Shinkai terkenal dengan karya yang berani bermain dengan warna, teknik
pewarnaan yang oke punya lah (sok tau), dan cerita yang membuat penonton jatuh
dalam kegalauan seperti 5 cm per Second yang
fenomenal. Kotonoha no Niwa rilis pada tahun 2013 dengan menawarkan cerita yang
sederhana, namun memiliki suatu pesan yang dalam (apa sih).
Cerita
yang disuguhkan dalam Kotonoha no Niwa berpusat pada dua tokoh utama yaitu
Takao Akizuki dan Yukari Yukino. Takao Akizuki merupakan seorang siswa SMA yang
sudah harus menjadi tulang punggung keluarga. Dia tinggal bersama Ibu dan
seorang kakak laki-laki. Sedangkan Yukari Yukino adalah seorang perempuan yang
ditemui Takao di sebuah taman di dekat stasiun kereta Shinjuku, Shinjuku Gyoen.
Taman yang juga menjadi tempat dimana Takao berteduh dan rasa cintanya kepada
Yukari Yukino mulai tumbuh. Apakah cinta Takao akan berbalas?
SINOPSIS
Cerita
bermula ketika wilayah Kanto, Jepang, sedang memasuki musim penghujan terlalu
dini di bulan Juni. Seorang siswa SMA bernama Akizuki Takao, terbiasa
menggunakan kereta di pagi hari untuk pergi ke sekolahnya. Hujan yang turun di
pagi hari terpaksa membuatnya melewatkan jam pertama sekolah. Menunggu waktu
memasuki jam pelajaran selanjutnya, Takao memilih untuk berteduh di sebuah
taman di area dekat stasiun Shinjuku, Taman Shinjuku Gyoen.
Tanpa
disangka, di sebuah tempat berteduh (macam saung, gazebo apalah itu) dia
bertemu dengan seorang wanita yang juga sedang berteduh. Duduk sambil meminum
bir dan cokelat, wanita itu terlihat lebih berumur dibanding Takao. Penampilannya
terlihat seperti seorang wanita karier. Takao dan wanita itu pun duduk
berjauhan. Takao mengeluarkan buku yang biasa ia coretkan sketsa desain sepatu,
maklum membuat sepatu adalah kegemaran sekaligus impian Takao. Sedangkan wanita
itu masih menenggak sekaleng bir yang digenggammnya.
Percakapan
pun dimulai oleh wanita tersebut. Ia menawarkan cokelat dan makanan ringan yang
dibawanya kepada Takao. Takao pun menolaknya dengan halus. Sempat Takao menyinggung
tentang bir yang diminum wanita tersebut. Sampai akhirnya hujan reda. Wanita
tersebut meninggalkan Takao. Sebelum pergi, wanita itu mengatakan beberapa buah
kata.
“Sambaran petir yang
samar...
mendungnya langit...
akankah turun hujan?
Inginkah kau
bersamaku?”
Takao
hanya diam dan melihat wanita itu berjalan meninggalkannya. Kata-kata yang
diucapkan wanita itu membuatnya penasaran. Ia pun menanyakan kepada kakaknya.
Ternyata kata-kata tersebut adalah sebuah penggalan Tanka (sajak).
Esok
harinya, hujan kembali turun di Kanto ketika hari masih pagi. Takao pun kembali
berteduh di tempat yang sama dengan hari sebelumnya. Takao pun melihat wanita
yang sama dengan yang ia temui di hari sebelumnya. Wanita itu menyapanya. Takao
pun membalas sapaan wanita tersebut.
Hujan
hampir turun setiap hari di wilayah Kanto saat musim penghujan. Takao pun hampir
tiap hari melewatkan jam pertama sekolahnya. Tiap hari pula ia bertemu dengan
wanita yang berteduh di taman. Mereka berdua pun terlibat dalam percakapan yang
semakin dalam tiap harinya. Sampai bertukar cicip bekal makanan yang mereka
bawa.
Hubungan
Takao dengan wanita yang ia sering temui itu pun semakin dekat. Intensitas
pertemuan mereka adalah penyebabnya. Takao bahkan selalu berdoa di saat malam
datang sebelum ia terlelap. Ia selalu berdoa agar esok pagi hujan turun. Hujan
yang mempertemukan ia dengan wanita yang membuatnya terpesona.
Pertemuannya
dengan wanita itu menimbulkan banyak pemikiran bagi Takao. Takao merasa dirinya
mungkin hanya seorang remaja berusia 15 tahun bagi wanita itu. Wanita itu
hanyalah sebagian kecil rahasia dunia yang ditinggalinya. Nama, pekerjaan, dan
banyak hal lain tentang wanita itu tidak ia ketahui. Karena pikiran-pikiran
tersebut, Takao pun berambisi untuk keluar dari “dunia kecilnya” itu. Ia terus
berusaha untuk mengembangkan potensi yang ia miliki untuk mencapai ambisinya
menjadi seorang desainer sepatu, demi dirinya bisa “terlihat” oleh wanita yang
baru saja meluluhkan hatinya.
Bulan
Juli merupakan puncak musim hujan di Kanto. Pertemuan mereka pun mencapai
puncaknya. Karena percakapan yang terjadi di antara mereka, wanita itu
mengetahui impian Takao. Ia menghadiahi Takao sebuah buku mengenai desain
sepatu. Takao pun mengungkapkan rasa terima kasihnya. Takao ingin membuat
sepatu untuk wanita, tetapi (pura-pura) tidak tahu untuk siapa sepatu tersebut.
Wanita itu pun menawarkan dirinya untuk menjadi model ukuran kaki untuk sepatu
yang akan dibuat Takao. Kontak fisik pun tak terhindarkan dan wanita itu
mengungkapkan kegelisahan yang menerpa dirinya selama ini.
Musim
hujan tidaklah abadi. Bulan Agustus, musim hujan di Kanto mulai berakhir. Takao
dan wanita itu tidak punya lagi alasan untuk berteduh di Taman Shinjuku Gyoen
lagi. Berteduh sambil bercakap, berbagi makanan, berbagi cerita dan lain
sebagainya. Akankah Takao kembali bertemu dengan wanita yang telah membuatnya terpesona?
Siapa wanita tersebut? Apa pekerjaannya? Apa yang membuatnya menghindar dari
pekerjaannya di pagi hari dengan alasan berteduh? Akankah Takao mengetahuinya?
Dan terakhir, apakah wanita itu memiliki perasaan yang sama dengan Takao?
REVIEW
Artwork yang IMBA
Makoto
Shinkai benar-benar luar biasa dalam menggunakan teknik animasi yang saya
sendiri tidak mengerti. Artwork Kotonoha no Niwa yang dibuatnya hampir bisa
dikatakan “mendekati kenyataan”. Gemercik air hujan, gerakan pohon, bayangan
yang memantul di permukaan air benar-benar mirip. Warna-warnanya kaya, membuat
mata kita nyaman dan terbawa suasana. Makoto Shinkai emang terkenal dengan
teknik bermain dengan warna seperti yang telah dilakukannya pada karya-karya
sebelumnya, 5 cm per Second, Hoshi no
Koe, Hoshi wo ou Kodomo dan lainnya. Saya tidak mengerti teknik pembuatan
animasi, tetapi intinya adalah mata saya nyaman liat anime Makoto Shinkai.
Taman yang menjadi latar cerita contohnya. Taman itu dibuat mendekati aslinya,
Taman Nasional Shinjuku Gyoen di Jepang sana. Tiap kali liatnya, seolah saya
berada di sana (asli, ga lebay yang ini mah). Artworknya IMBA.
Skor
Artwork: akar 81 ditambah
0,9123432316789 (Bener ga formula-nya? hehe).
Cerita dengan genre Romance yang Unik
Cerita
yang ditawarkan bergenre romance.
Hanya saja romansa yang disuguhkan merupakan cerita cinta yang mungkin sulit
diterima masyarakat modern saat ini. Cinta antara murid dan gurunya plus gap
usia yang cukup jauh dimana sang wanita yang posisinya lebih berumur dibanding
sang pria. Untuk masalah jarak usia mungkin tidak terlalu jarang ditemui di
masayarakat kita, tapi sentimen negatif terhadap tipe pasangan tersebut masih
ada. Pengembangan cerita memang fokus pada hubungan dua tokoh utama, dan
perkembangan hubungan mereka pun cukup menarik bagi saya. Twist dalam ceritanya cukup membuat saya terkejut. Sayang,
perkembangannya terlalu cepat karena durasinya terlalu pendek IMO, hanya 48
Menit! Tapi cukup buat saya galau XD.
Skor
Cerita: 7,5/10
Penokohan yang Cukup Kuat (Mungkin)
Karakter
utama dalam Kotonoha no Niwa, Takao Akizuki dan Yukari Yukino digambarkan
dengan jelas meski durasi tidak terlalu panjang. Watak mereka, perasaan mereka
mudah dicerna oleh saya (naon deuih maksudna, emang dahareun dicerna). Yah saya
ga bisa banyak menilai lah soal penokohan. Nilai bahasa Indonesia sejak SD
emang tidak lebih baik dari bahasa Inggris (tapi bukan berarti jago bahasa
Inggris juga, lagi-lagi apa korelasinya wkwkwk). Karena seiyuu nya Yukari
Yukino adalah Teh Hana Kana, saya kasih SEPULUH heheheh (ga nyambung dan ga objektif
pisan ieu).
Skor
Karakter: SEPULUH/10.
OST yang PAS MANTAB!
Soundtracknya
enak didenger, asli pas pokoknya. Apalagi ending-nya. ED berjudul Rain dinyanyikan oleh Motohiro Hata,
penyanyi yang juga mengisi soundtrack film Doraemon terbaru, STAND BY ME.
Sesuai judulnya, lirik lagu ini emang cocok buat ngisi endingnya. Timing pemutaran endingnya pun
disesuaikan dengan adegan pamuncak Kotonoha no Niwa.
Skor
OST: 9/10
Overall Score: 8,75/10 (itungan di atas
ga kepake hahaha)
Yah
demikianlah review Kotonoha no Niwa dari saya. Abaikan skor di atas. Pokoknya
Kotonoha no Niwa recommended untuk ditonton. Mau ditonton sendirian atau bareng
sang kekasih tercinta (kalo punya, kalo
ga, saya SIAP menemani*). Intinya Kotonoha no Niwa keren abis lah. Yang mau
galau bisa nonton ini, yang udah galau tonton aja biar tambah galau. Barangkali
agan-sista punya pengalaman yang sama dengan dua tokoh utama dalam cerita ini.
Sekian dan mudah-mudahan review saya membantu agan-sista sekalian.
*terms
and conditions apply (cewe only ofc)
Review: Kotonoha no Niwa (2013)
Reviewed by Kakikukico
on
Kamis, Desember 25, 2014
Rating:
Tidak ada komentar: