Featured Posts

[Anime][feat1]

Review: Kotonoha no Niwa (2013)


“Sambaran petir yang samar...
mendungnya langit...
akankah turun hujan?
Inginkah kau bersamaku?”
“Sambaran petir yang samar...
meski hujan tak kunjung turun...
Aku tetap disini...
bersama dirimu.”



Tiba-tiba ingin review anime berlatar musim hujan. Maklum, Bandung, kota dimana saya lahir dan tumbuh besar (serta tempat saya menemukan jodoh mungkin, Amin), sering diguyur hujan di penghujung tahun 2014 ini. Karena lagi sering hujan, kecenderungan galau menerpa akan meningkat (darimana coba korelasinya, perasaan ujan ga ujan galau mah tetep aja, XD). Oleh karena itulah, saya review anime yang recommended ditonton saat musim hujan dan buat galau-galauan.

Kotonoha no Niwa atau Garden of Words in english, adalah anime karya Makoto Shinkai yang diproduksi studio animasinya, ComixWave. Makoto Shinkai terkenal dengan karya yang berani bermain dengan warna, teknik pewarnaan yang oke punya lah (sok tau), dan cerita yang membuat penonton jatuh dalam kegalauan seperti 5 cm per Second yang fenomenal. Kotonoha no Niwa rilis pada tahun 2013 dengan menawarkan cerita yang sederhana, namun memiliki suatu pesan yang dalam (apa sih).

Cerita yang disuguhkan dalam Kotonoha no Niwa berpusat pada dua tokoh utama yaitu Takao Akizuki dan Yukari Yukino. Takao Akizuki merupakan seorang siswa SMA yang sudah harus menjadi tulang punggung keluarga. Dia tinggal bersama Ibu dan seorang kakak laki-laki. Sedangkan Yukari Yukino adalah seorang perempuan yang ditemui Takao di sebuah taman di dekat stasiun kereta Shinjuku, Shinjuku Gyoen. Taman yang juga menjadi tempat dimana Takao berteduh dan rasa cintanya kepada Yukari Yukino mulai tumbuh. Apakah cinta Takao akan berbalas? 

SINOPSIS

Cerita bermula ketika wilayah Kanto, Jepang, sedang memasuki musim penghujan terlalu dini di bulan Juni. Seorang siswa SMA bernama Akizuki Takao, terbiasa menggunakan kereta di pagi hari untuk pergi ke sekolahnya. Hujan yang turun di pagi hari terpaksa membuatnya melewatkan jam pertama sekolah. Menunggu waktu memasuki jam pelajaran selanjutnya, Takao memilih untuk berteduh di sebuah taman di area dekat stasiun Shinjuku, Taman Shinjuku Gyoen.

Tanpa disangka, di sebuah tempat berteduh (macam saung, gazebo apalah itu) dia bertemu dengan seorang wanita yang juga sedang berteduh. Duduk sambil meminum bir dan cokelat, wanita itu terlihat lebih berumur dibanding Takao. Penampilannya terlihat seperti seorang wanita karier. Takao dan wanita itu pun duduk berjauhan. Takao mengeluarkan buku yang biasa ia coretkan sketsa desain sepatu, maklum membuat sepatu adalah kegemaran sekaligus impian Takao. Sedangkan wanita itu masih menenggak sekaleng bir yang digenggammnya.


Percakapan pun dimulai oleh wanita tersebut. Ia menawarkan cokelat dan makanan ringan yang dibawanya kepada Takao. Takao pun menolaknya dengan halus. Sempat Takao menyinggung tentang bir yang diminum wanita tersebut. Sampai akhirnya hujan reda. Wanita tersebut meninggalkan Takao. Sebelum pergi, wanita itu mengatakan beberapa buah kata.

“Sambaran petir yang samar...
mendungnya langit...
akankah turun hujan?
Inginkah kau bersamaku?”

Takao hanya diam dan melihat wanita itu berjalan meninggalkannya. Kata-kata yang diucapkan wanita itu membuatnya penasaran. Ia pun menanyakan kepada kakaknya. Ternyata kata-kata tersebut adalah sebuah penggalan Tanka (sajak).

Esok harinya, hujan kembali turun di Kanto ketika hari masih pagi. Takao pun kembali berteduh di tempat yang sama dengan hari sebelumnya. Takao pun melihat wanita yang sama dengan yang ia temui di hari sebelumnya. Wanita itu menyapanya. Takao pun membalas sapaan wanita tersebut.

Hujan hampir turun setiap hari di wilayah Kanto saat musim penghujan. Takao pun hampir tiap hari melewatkan jam pertama sekolahnya. Tiap hari pula ia bertemu dengan wanita yang berteduh di taman. Mereka berdua pun terlibat dalam percakapan yang semakin dalam tiap harinya. Sampai bertukar cicip bekal makanan yang mereka bawa.

Hubungan Takao dengan wanita yang ia sering temui itu pun semakin dekat. Intensitas pertemuan mereka adalah penyebabnya. Takao bahkan selalu berdoa di saat malam datang sebelum ia terlelap. Ia selalu berdoa agar esok pagi hujan turun. Hujan yang mempertemukan ia dengan wanita yang membuatnya terpesona.

Pertemuannya dengan wanita itu menimbulkan banyak pemikiran bagi Takao. Takao merasa dirinya mungkin hanya seorang remaja berusia 15 tahun bagi wanita itu. Wanita itu hanyalah sebagian kecil rahasia dunia yang ditinggalinya. Nama, pekerjaan, dan banyak hal lain tentang wanita itu tidak ia ketahui. Karena pikiran-pikiran tersebut, Takao pun berambisi untuk keluar dari “dunia kecilnya” itu. Ia terus berusaha untuk mengembangkan potensi yang ia miliki untuk mencapai ambisinya menjadi seorang desainer sepatu, demi dirinya bisa “terlihat” oleh wanita yang baru saja meluluhkan hatinya.


Bulan Juli merupakan puncak musim hujan di Kanto. Pertemuan mereka pun mencapai puncaknya. Karena percakapan yang terjadi di antara mereka, wanita itu mengetahui impian Takao. Ia menghadiahi Takao sebuah buku mengenai desain sepatu. Takao pun mengungkapkan rasa terima kasihnya. Takao ingin membuat sepatu untuk wanita, tetapi (pura-pura) tidak tahu untuk siapa sepatu tersebut. Wanita itu pun menawarkan dirinya untuk menjadi model ukuran kaki untuk sepatu yang akan dibuat Takao. Kontak fisik pun tak terhindarkan dan wanita itu mengungkapkan kegelisahan yang menerpa dirinya selama ini.

Musim hujan tidaklah abadi. Bulan Agustus, musim hujan di Kanto mulai berakhir. Takao dan wanita itu tidak punya lagi alasan untuk berteduh di Taman Shinjuku Gyoen lagi. Berteduh sambil bercakap, berbagi makanan, berbagi cerita dan lain sebagainya. Akankah Takao kembali bertemu dengan wanita yang telah membuatnya terpesona? Siapa wanita tersebut? Apa pekerjaannya? Apa yang membuatnya menghindar dari pekerjaannya di pagi hari dengan alasan berteduh? Akankah Takao mengetahuinya? Dan terakhir, apakah wanita itu memiliki perasaan yang sama dengan Takao?

REVIEW

Artwork yang IMBA
Makoto Shinkai benar-benar luar biasa dalam menggunakan teknik animasi yang saya sendiri tidak mengerti. Artwork Kotonoha no Niwa yang dibuatnya hampir bisa dikatakan “mendekati kenyataan”. Gemercik air hujan, gerakan pohon, bayangan yang memantul di permukaan air benar-benar mirip. Warna-warnanya kaya, membuat mata kita nyaman dan terbawa suasana. Makoto Shinkai emang terkenal dengan teknik bermain dengan warna seperti yang telah dilakukannya pada karya-karya sebelumnya, 5 cm per Second, Hoshi no Koe, Hoshi wo ou Kodomo dan lainnya. Saya tidak mengerti teknik pembuatan animasi, tetapi intinya adalah mata saya nyaman liat anime Makoto Shinkai. Taman yang menjadi latar cerita contohnya. Taman itu dibuat mendekati aslinya, Taman Nasional Shinjuku Gyoen di Jepang sana. Tiap kali liatnya, seolah saya berada di sana (asli, ga lebay yang ini mah). Artworknya IMBA.
Skor Artwork: akar 81 ditambah 0,9123432316789 (Bener ga formula-nya? hehe).

  
Cerita dengan genre Romance yang Unik
Cerita yang ditawarkan bergenre romance. Hanya saja romansa yang disuguhkan merupakan cerita cinta yang mungkin sulit diterima masyarakat modern saat ini. Cinta antara murid dan gurunya plus gap usia yang cukup jauh dimana sang wanita yang posisinya lebih berumur dibanding sang pria. Untuk masalah jarak usia mungkin tidak terlalu jarang ditemui di masayarakat kita, tapi sentimen negatif terhadap tipe pasangan tersebut masih ada. Pengembangan cerita memang fokus pada hubungan dua tokoh utama, dan perkembangan hubungan mereka pun cukup menarik bagi saya. Twist dalam ceritanya cukup membuat saya terkejut. Sayang, perkembangannya terlalu cepat karena durasinya terlalu pendek IMO, hanya 48 Menit! Tapi cukup buat saya galau XD.
Skor Cerita: 7,5/10

Penokohan yang Cukup Kuat (Mungkin)
Karakter utama dalam Kotonoha no Niwa, Takao Akizuki dan Yukari Yukino digambarkan dengan jelas meski durasi tidak terlalu panjang. Watak mereka, perasaan mereka mudah dicerna oleh saya (naon deuih maksudna, emang dahareun dicerna). Yah saya ga bisa banyak menilai lah soal penokohan. Nilai bahasa Indonesia sejak SD emang tidak lebih baik dari bahasa Inggris (tapi bukan berarti jago bahasa Inggris juga, lagi-lagi apa korelasinya wkwkwk). Karena seiyuu nya Yukari Yukino adalah Teh Hana Kana, saya kasih SEPULUH heheheh (ga nyambung dan ga objektif pisan ieu).
Skor Karakter: SEPULUH/10.



OST yang PAS MANTAB!
Soundtracknya enak didenger, asli pas pokoknya. Apalagi ending-nya. ED berjudul Rain dinyanyikan oleh Motohiro Hata, penyanyi yang juga mengisi soundtrack film Doraemon terbaru, STAND BY ME. Sesuai judulnya, lirik lagu ini emang cocok buat ngisi endingnya. Timing pemutaran endingnya pun disesuaikan dengan adegan pamuncak Kotonoha no Niwa.
Skor OST: 9/10

Overall Score: 8,75/10 (itungan di atas ga kepake hahaha)

Yah demikianlah review Kotonoha no Niwa dari saya. Abaikan skor di atas. Pokoknya Kotonoha no Niwa recommended untuk ditonton. Mau ditonton sendirian atau bareng sang kekasih tercinta (kalo punya, kalo ga, saya SIAP menemani*). Intinya Kotonoha no Niwa keren abis lah. Yang mau galau bisa nonton ini, yang udah galau tonton aja biar tambah galau. Barangkali agan-sista punya pengalaman yang sama dengan dua tokoh utama dalam cerita ini. Sekian dan mudah-mudahan review saya membantu agan-sista sekalian.

*terms and conditions apply (cewe only ofc)
Review: Kotonoha no Niwa (2013) Review: Kotonoha no Niwa (2013) Reviewed by Kakikukico on Kamis, Desember 25, 2014 Rating: 5

Tidak ada komentar: