Pernahkah
terbayang olehmu bertukar tubuh dengan orang yang tak kamu kenal sama sekali? Trope
‘Freaky Friday’ Flip atau body swap plot device memang seringkali ditemukan
dalam berbagai medium hiburan, termasuk film animasi yang baru saja mulai
tayang di bioskop-bioskop Indonesia yang berjudul Kimi no Na wa. Namun,
bagaimanakah Kimi no Na wa. menyajikannya? Tenang, semuanya akan saya ulas dalam review kali
ini.
Source |
Kimi
no Na wa. (Your Name.)│Movie│Studios: ComixWave
Films│Genres: Supernatural, Drama, Romance, School│Source: Original│Status: Finished Airing (August 2016)│Director &
Script: Makoto Shinkai│Sumber:
MAL│
Kimi
no Na wa. atau Your Name. dalam judul berbahasa Inggrisnya, adalah film yang
disutradai oleh Makoto Shinkai. Nama sutradara ini mungkin tidak asing lagi bagi
pecinta anime atau budaya Jepang. Sebagai sutradara yang (oleh sebagian penggemar anime) dilabeli “The Next Hayao Miyazaki” (animator studio Gibli, produsen anime Jepang pertama yang meraih
Oscar lewat film yang berjudul Spirited Away), Makoto Shinkai membuat kejutan
di pertengahan tahun 2016 ini dan menegaskan bahwa dirinya memang layak untuk
menyandang label tersebut. Yap, melalui film Kimi no Na wa. inilah kejutan itu
tercipta.
Kimi no Na wa. PV 2
Seberapa
besar kejutan dari film Kimi no Na wa. ini? Jika total pendapatan kotor yang
diraup dijadikan indikator kesuksesan suatu film, maka film ini bisa dibilang
telah meraih sukses besar. Hingga tanggal 7 Desember kemarin, Kimi no Na wa.
sudah meraup total pendapatan kotor sebesar 20 Milyar Yen di Jepang saja!
Jumlah itu menjadikannya sebagai film terlaris sepanjang masa ke-5 di bioskop
Jepang. Menjadikannya film animasi Jepang terlaris kedua, melewati film-film
animasi produksi studio Ghibli yang ternama, seperti The Wind Rises (12, 02 Milyar Yen, 2013),
Ponyo (15,5 Milyar Yen, 2008), Princess Mononoke (19,30 Milyar Yen, 1997) dan Howl’s
Moving Castle (19,60 Milyar Yen, 2004). Hanya kalah dari Spirited Away yang
meraup 30 Milyar Yen di tahun 2001.
Source |
Angka
di atas pun mungkin akan terus bertambah dikarenakan Kimi no Na wa. masih
tayang di bioskop-bioskop Jepang hingga postingan ini dibuat. Pendapatan kotor
internasionalnya pun akan terus merangkak naik seiring diputarnya film ini di
berbagai negara (direncanakan tayang di 85 negara). Di Tiongkok sendiri,
kabarnya sudah meraup $ 41 Juta AS di
hari penayangan perdananya. Sungguh pendapatan yang fantastis untuk standar film
animasi Jepang.
Kemudian, indikator kesuksesan lainnya adalah, penghargaan yang diperoleh. Kimi no Na wa. baru saja memperoleh “Best Animated Film” dari ajang Los Angeles Film Critics Association Award. Lalu, kabar yang beredar menyebutkan bahwa Kimi no Na wa. telah masuk ke Oscars Consideration Lists untuk kategori “Best Animated Feature”, suatu penghargaan tertinggi bagi film animasi. Jika berhasil menjadi nominee di Oscar, Makoto Shinkai mungkin berpeluang untuk menyamai prestasi sang maestro animasi Jepang, Hayao Miyazaki.
Pertanyaannya, apa yang menjadikan Kimi no Na wa. menjadi film yang laris dan berpotensi untuk menyabet Oscar?
Saya harap review yang saya tulis ini bisa menjawab pertanyaan di atas. Saya juga mencoba membatasi spoiler seminimal mungkin dalam menulis review ini. Yap, sebisa mungkin, makannya cepet nonton sanah!
Saya jabarkan sinopsis film ini terlebih dahulu. Kimi no Na wa. mengisahkan kisah seorang remaja perempuan bernama Mitsuha Miyamizu (Voice Actress: Mone Kamishiraishi) yang hidup di pinggiran kota. Mitsuha memimpikan kehidupan seorang pemuda di Tokyo. Itu karena dia mengeluhkan kehidupan yang ia jalani di kota yang kecil.
Sementara itu, tokoh utama yang lain, Taki Tachibana (Voice Actor: Ryunosuke Kamiki), adalah seorang pemuda Tokyo yang bercita-cita menjadi seorang arsitek. Pada suatu hari, apa yang diharapkan Mitsuha pun menjadi kenyataan. Hanya saja, impiannya terwujud dengan cara bertukar tubuh dengan Taki yang tidak ia kenali sama sekali. Berbagai kejadian dan pengalaman unik pun mereka alami saat bertukar tubuh. Lalu, bagaimana mereka bisa bertukar tubuh? Bagaimana caranya agar mereka bisa kembali seperti biasa? Kemudian, apa yang mereka rasakan setelah mengalami suka dan duka bersama serta mengenal kepribadian masing-masing?
Kemudian, indikator kesuksesan lainnya adalah, penghargaan yang diperoleh. Kimi no Na wa. baru saja memperoleh “Best Animated Film” dari ajang Los Angeles Film Critics Association Award. Lalu, kabar yang beredar menyebutkan bahwa Kimi no Na wa. telah masuk ke Oscars Consideration Lists untuk kategori “Best Animated Feature”, suatu penghargaan tertinggi bagi film animasi. Jika berhasil menjadi nominee di Oscar, Makoto Shinkai mungkin berpeluang untuk menyamai prestasi sang maestro animasi Jepang, Hayao Miyazaki.
Pertanyaannya, apa yang menjadikan Kimi no Na wa. menjadi film yang laris dan berpotensi untuk menyabet Oscar?
Saya harap review yang saya tulis ini bisa menjawab pertanyaan di atas. Saya juga mencoba membatasi spoiler seminimal mungkin dalam menulis review ini. Yap, sebisa mungkin, makannya cepet nonton sanah!
Saya jabarkan sinopsis film ini terlebih dahulu. Kimi no Na wa. mengisahkan kisah seorang remaja perempuan bernama Mitsuha Miyamizu (Voice Actress: Mone Kamishiraishi) yang hidup di pinggiran kota. Mitsuha memimpikan kehidupan seorang pemuda di Tokyo. Itu karena dia mengeluhkan kehidupan yang ia jalani di kota yang kecil.
Sementara itu, tokoh utama yang lain, Taki Tachibana (Voice Actor: Ryunosuke Kamiki), adalah seorang pemuda Tokyo yang bercita-cita menjadi seorang arsitek. Pada suatu hari, apa yang diharapkan Mitsuha pun menjadi kenyataan. Hanya saja, impiannya terwujud dengan cara bertukar tubuh dengan Taki yang tidak ia kenali sama sekali. Berbagai kejadian dan pengalaman unik pun mereka alami saat bertukar tubuh. Lalu, bagaimana mereka bisa bertukar tubuh? Bagaimana caranya agar mereka bisa kembali seperti biasa? Kemudian, apa yang mereka rasakan setelah mengalami suka dan duka bersama serta mengenal kepribadian masing-masing?
Setelah saya menyempatkan waktu untuk menonton film di hari perdana penayangannya disini, ada beberapa poin yang saya anggap menjadi kekuatan film ini. Berikut poin-poinnya.
Visualisasi yang Memanjakan Mata
Jika sudah familiar dengan karya-karya Shinkai sebelumnya, poin ini rasanya tidak perlu saya ulas. Ya, ini adalah kekuatan utama atau jaminan mutu yang diberikan Shinkai hampir dalam setiap filmnya. Dari semua karya animasi, baik itu film, serial maupun iklan yang dihasilkan Shinkai, saya jamin mata anda akan dibuat nyaman. Bukan hanya detail yang mirip dengan tempat asli yang dijadikan latar, namun juga teknik pewarnaan yang digunakan entah bagaimana bisa begitu indah untuk dilihat mata.
Visual
dalam film ini mungkin serupa dengan karya Shinkai sebelumnya, Garden of Words
(2013). Untuk review Garden of Words, silahkan baca disini.
Dengan durasi yang lebih lama, film ini tentu menyajikan keindahannya lebih lama juga -_-
Dengan durasi yang lebih lama, film ini tentu menyajikan keindahannya lebih lama juga -_-
Animasi yang Mengalir
Saya mungkin bukan sakuga enthushiast atau dengan kata lain orang yang mendalami teknik pembuatan animasi, tapi saya melihat animasi, pergerakan tiap adegan dalam film ini mengalir lancar, seolah terbuat dari frame yang sangat banyak dalam setiap detiknya, tidak ada animasi patah-patah macam slide power point, apeulah -_-
Penggunaan
CGI pun minim, hanya beberapa gerakan pohon yang saya lihat merupakan hasil
animasi dengan CGI. Bukan berarti penggunaan CGI dalam animasi itu buruk, ya.
Untuk
teknik animasi yang lebih mendalam, mungkin tunggu saja ulasan dari para sakuga enthusiast. Saya mempunyai keyakinan bahwa mereka juga akan mengeluarkan banyak
pujian untuk teknik animasi dalam film ini.
Analisis animasi yang saya kutip dari seorang pegiat sakuga di forum AMH Kaskus, agan kyuudere. Postingan aslinya bisa dilihat disini:
Analisis animasi yang saya kutip dari seorang pegiat sakuga di forum AMH Kaskus, agan kyuudere. Postingan aslinya bisa dilihat disini:
...Begitulah, kredit untuk kyuudere yang mampu melihat dari perspektif teknik animasi dan staf-staf yang terlibat dari produksi film ini. Terlihat lebih mendalam, kan?
Kalau dari segi animasi, bener(-bener) spektakuler.
Koreksi dari Masayoshi Tanaka bisa kerasa di sepanjang film, jadi character's expression-nya sepanjang film masih berasa feel "AnoHana/Koko Sake"-nya dia, walau animator(-animator)-nya banyak dari background yang beda-beda. Peran dari Masashi Ando juga kerasa banget, good character acting, nothing exaggerated, but still interesting. Karena sebagian besar animator kenalan dia yg bawa kesini rootnya adalah para ahli di bidang realism/realistic animation, sepanjang film berasa banget kalau kualitas nya beda dengan anime biasa. Beberapa scene saking realistic-nya sampai temen tanya, "ini CG ya?". Kalau pendapat saya pribadi sih ada scene yg mungkin pakai rotoscope dipadu traditional animational, saking unbelievable realistic-nya. Tapi saya harus nonton sekali lagi buat mastikan. Awalnya saya kira scene itu dibuat Hiroyuki Okiura, tapi setelah nonton sampai selesai, akhirnya saya tahu part nya Okiura yg mana (di klimaks akhir-akhir).
Saya pernah ngepost kredit animator nya di MAL dan thread kaskus, dan sepertinya disusun berdasar seberapa penting kontribusi mereka di sepanjang film. Kredit awal(-awal) dipenuhi animator(-animator) Ghibli, ex-Ghibli, veteran animator, seperti Hideki Hamasu, Atsuko Tanaka, Megumi Kagawa, dll. Bukan typical animator yang bakal bisa di temui di TV anime dan rata-rata mereka ini terlibat di produksi film-film besar seperti movienya Miyazaki, Hosoda, Okiura. Scene(-scene) mereka nggak terlalu mencolok dan mungkin lebih ke bagian(-bagian) awal, misal character acting, daily life para character.
Kemudian di baris paling bawah ada tiga nama yg ditaruh di tempat spesial karena kontribusi mereka untuk scene(-scene) yangg signifikan di movie (bagian klimaks dari movie), Matsumoto Norio, Hiroyuki Okiura, dan Takashi Hashimoto.
Bagian Hashimoto paling gampang ditebak karena nature dia sebagai effect specialist animator. Bagian Okiura juga lumayan menonjol, berasa lebih menonjol dibanding animasi para realistic animator yang lain, sasuga. Bagian Matsumoto Norio yg butuh kejelian, kalau bukan diehard Norio fans mungkin bakal nggak sadar bagian dia. Saya sendiri bukan termasuk sih, haha.
Ada satu lagi bagian yg lumayan menonjol di pertengahan cerita, setelah plot twist dan tepat sebelum masuk klimaks dari movie. Effect animation nya bagus banget...mungkin Naoki Kobayashi dan Norio Matsumoto? Bagian itu salah satu yg paling berkesan buat saya.
Thanks to Ando and Tanaka. Animasinya bener(-bener) superb. Seandainya dapat nominasi academy awards untuk best animated film, sebagian besar itu berkat mereka. Masashi Ando sendiri nggak nggambar KA sama sekali dan jobnya lebih ke mengkoreksi animasi animator(-animator) lain (mungkin yang dari Ghibli), tapi berkat koneksi dia movie ini bisa menghadirkan animator-animator veteran.
Feels
Ya, cerita yang disuguhkan benar-benar membawa penonton merasa menaiki wahana roller coaster. Emosi saya benar-benar dibuat naik-turun oleh cerita yang disajikan. Terkadang senyum sendiri. Lalu, tiba-tiba ngakak. Kemudian, sedih, terus ngakak lagi. Dan transisi emosi itu bener tidak terduga waktunya, sangat cepat. Membuat kita yang menonton terkejut, serius.
Meskipun
genre utamanya adalah supernatural dan romance, unsur komedi yang disisipkan
bener-bener membuatmu tertawa lepas. Yang tidak kalah penting adalah, plot
twist-nya. Mungkin twist-nya ini yang akan membuatmu meneteskan air mata.
Ugh, masih membekas sampai nulis review ini T-T.
Ending yang Mengejutkan
Kenapa saya sebut mengejutkan? Karena ending ceritanya ini bukan tipikal ending karya-karya Shinkai sebelumnya. Ending jauh lebih ‘tegas’, lebih jelas dibandingkan karya-karya sebelumnya. Itulah kenapa endingnya saya sebut mengejutkan. Shinkai mungkin saja merubah gaya ending karya-nya gara-gara diserang ribuan email dari orang-orang yang galau gara-gara ending di karya-karya sebelumnya -_-
Themesong yang bisa membuatmu merasakan eargasm
Lagu-lagu yang menjadi themesong dari film ini benar-benar luar biasa. Lagu-lagu RADWIMPS dan Kimi no Na wa. itu seolah match made in heaven. Pas sekali. Dan favorit saya adalah lagu sisipannya yang berjudul Zen Zen Zense. Diputar di pertengahan film, lagu dan animasi ini membuat saya merasa sedang menonton AMV atau Anime Music Video tersendiri, terpisah dari film ini. Serupa dengan lagu One more time, one more chance di film 5 cm per Second atau lagu Rain di film Garden of Words. Bedanya, kedua lagu terakhir memiliki irama yang sangat melankolis. Sedangkan Zen Zen Zense memiliki beat yang cepat, memperbaiki mood saya ketika mendengarnya.
Lagu Zen Zen Zense yang dibawakan RADWIMPS
Itulah
kekuatan-kekuatan yang bisa saya jabarkan mengenai film ini. Untuk membuat
review ini (terlihat) objektif, berikut saya jabarkan pula
kelemahan-kelemahannya.
Desain Karakter yang...Biasa?
Desain karakter ditangani oleh Masayoshi Tanaka. Bagi anda yang sudah menonton serial AnoHana mungkin bakal familiar dengan desain karakternya. Sebenarnya saya tidak terlalu mempermasalahkannya. Da saya mah apa atuh, cuman bayar puluhan ribu doang nonton film ini juga -_-
Kalau boleh memilih atau bermimpi, saya lebih memilih desain karakternya dibuat serupa dengan desain karakter di karya Shinkai sebelumnya, Garden of Words. Saya menduga pemilihan desain karakter ini mungkin karena menyesuaikan dengan sasaran penonton lebih luas dibanding penonton Garden of Words.
Meskipun saya nilai biasa, tetapi tidak mengurangi rasa suka saya pada desain karakter Mitsuha. Gaya rambutnya yang paling mencolok bagi saya. Need. Moar. Mitsuhaaa!!! XD
Karakterisasi yang Agak Maksa
Saat
menontonnya, saya merasa terdapat karakter yang dipaksakan demi memicu plot
alias dijadikan plot device. Taki yang ingin menjadi arsitek dan memiliki skill
gambar yang super ditambah karakter Tessie sebagai anak kontraktor. Entah
kenapa terasa dipaksakan.
Sedikit Kejanggalan dalam Cerita
Ya ada satu kejanggalan yang menyangkut di ceritanya. Mungkin anda akan menemukannya sendiri setelah menontonnya. Jika saya sebutkan akan menjadi spoiler berat bagi yang belum menontonnya -_-
Ya ada satu kejanggalan yang menyangkut di ceritanya. Mungkin anda akan menemukannya sendiri setelah menontonnya. Jika saya sebutkan akan menjadi spoiler berat bagi yang belum menontonnya -_-
Kesimpulan saya dari poin-poin di atas, film ini WAJIB ditonton bagi penggemar karya-karya Makoto Shinkai. Penggemarnya akan merasakan sajian-sajian yang baru dari Shinkai. Apalagi saat ini kita cukup beruntung mempunyai kesempatan untuk melihatnya langsung di layar lebar. Meskipun, hanya tayang di bioskop tertentu saja T-T
Bagi yang belum mengenal Shinkai maupun yang kurang menyukai anime, saya rekomendasikan juga film ini. Saya jamin anda akan dibuat puas melihatnya. Bagi saya, ini adalah salah satu film animasi Jepang terbaik yang pernah saya lihat. Meskipun belum bisa mendongkel The Disappearance of Haruhi Suzumiya dan Spirited Away dari peringkat 1 dan 2 terbaik di hati saya
Jika peduli, untuk The Disappearance of Haruhi Suzumiya (2010), reviewnya akan saya posting pada tanggal 18 Desember minggu depan. Saya akan menjabarkan alasan kenapa film itu tetap menjadi yang terbaik bagi saya dibanding Kimi no Na wa..
Kimi no Na wa. (2016) Review
Reviewed by Kakikukico
on
Sabtu, Desember 10, 2016
Rating:
Tidak ada komentar: