“Where there is a will, there is a way.”
Biri Gyaru merupakan film
bergenre drama komedi, coming of age
yang diadaptasi dari novel karya Nobutaka Tsubota berdasarkan kisah nyata yang
dialaminya saat menjadi guru bimbingan belajar. Film ini mengisahkan bagaimana Sayaka
Kudo (diperankan oleh Kasumi Arimura), seorang siswi kelas dua SMA yang
memiliki kemampuan akademik setara dengan anak kelas 4 SD (berdasarkan
penilaian dari Tsubota sendiri) mampu melewati Ujian Masuk Universitas Keio,
salah satu perguruan tinggi swasta top di Jepang, with flying colors. Sayaka-chan melakukannya dalam satu tahun
dibawah bimbingan Tsubota-sensei sebagai guru bimbel-nya.
SINOPSIS
Sayaka Kudo adalah seorang siswi
kelas dua di SMA khusus perempuan. Bisa dibilang tidak punya ambisi, mimpi,
atau tujuan hidup. Dia hanya berpikir untuk selalu berbahagia. Bersama ketiga
temanya sejak masuk SMP, Sayaka menghabiskan waktu sekolahnya hampir tanpa
mempedulikan mata pelajaran sekolah.
Sayaka merupakan anak sulung dari
tiga bersaudara. Dia memiliki seorang adik laki-laki bernama Ryuta dan adik
perempuan bernama Mayumi. Ayah Sayaka bisa dibilang hanya peduli terhadap anak
laki-lakinya saja, sedangkan Ibunya (di mata Ayah Sayaka) hanya mengurus
anak-anak perempuannya saja. Semasa kecilnya, Sayaka tidak memiliki teman dekat,
kurang bersosialisasi. Hingga akhirnya Ibunya memasukkan Sayaka ke SMP khusus perempuan
dimana Sayaka bertemu dengan teman-teman pertamanya.
Sayaka dan keluarganya. |
Ayah Sayaka sangat fokus
menjadikan Ryuta menjadi seorang pemain Baseball profesional. Hampir tidak
mempedulikan anak-anaknya yang lain. Bahkan Sayaka hampir beberapa tahun
memanggil ayahnya dengan sebutan “Orang Tua”. Baik Ayah Sayaka dan Sayaka
berpikiran bahwa mereka saling membenci. Sayaka tidak pernah menyukai Orang Tua
(Dewasa).
Hingga suatu hari, Sayaka diskors
karena ketahuan membawa Rokok di dalam tas-nya. Gurunya pun memanggilnya
“Sampah”. Dari kejadian tersebut Ibu Sayaka memutuskan untuk memasukkan Sayaka
ke tempat bimbingan belajar Tsubota-sensei. Sayaka pun setuju. Sebagai
pembuktian kepada Ayah-nya dan Orang Tua lain yang meremehkannya, Sayaka ingin
masuk ke universitas bergengsi. Akhirnya Sayaka memiliki mimpi.
Sayaka pun bertemu dengan
Tsubota-sensei. Dia merasakan aura positif dan optimis ketika belajar dengan
Tsubota-sensei. Sayaka menyebut hal tersebut sebagai “sihir” dari Tsubota.
Sayaka dan Tsubota-sensei. |
Sayaka pun belajar mulai dari nol
secara intensif. Dengan bimbingan yang unik dari Tsubota-sensei, perlahan
kemampuan akademiknya terus meningkat. Sayaka juga sempat merasakan titik jenuh
dan hampir menyerah. Berbagai masalah, konflik dan air mata mewarnai
perjalanannya untuk dapat mewujudkan impiannya mendapatkan kursi di Universitas
Keio.
REVIEW
Pesan dari film ini sangat jelas.
Yap, “dimana ada kemauan disitu ada jalan” dan “tidak ada yang tidak mungkin”.
Meskipun pesan tersebut klise, sering ditemukan dalam film lain, namun film ini
mengemasnya dengan keunikan tersendiri. Dibumbui drama keluarga dan sekolah,
kisah yang disajikan (yang diklaim berdasarkan kisah nyata oleh penulisnya)
cukup menginspirasi bagi saya.
Hubungan antara orang tua dan anak yang
ditunjukkan oleh Sayaka dan Ibunya bisa membuat anda yang menonton meneteskan
air mata. Pengorbanan Sang Ibu untuk Sayaka yang luar biasa. Mulai dari bekerja
di malam hari untuk membiayai biaya bimbingan belajar Sayaka hingga hampir
setiap Sayaka bermasalah di sekolah, Sang Ibu membela anaknya dan tidak malu
akan hal tersebut.
Ibu Sayaka. |
“Meskipun seluruh dunia
memusuhinya, aku akan berada di sampingnya, bersamanya.”
Itulah salah satu kalimat yang
paling menyentuh dari Ibu Sayaka (dan masih banyak lagi).
Selain hubungan ibu dan anak,
film ini juga menyajikan hubungan antara guru dan muridnya. Tsubota-sensei
merupakan figur guru yang sangat mempedulikan masa depan murid-muridnya. Dengan
strategi-nya, dia dapat membuka pikiran muridnya. Berbagai pendekatan dan
motivasi ia terapkan secara berbeda kepada setiap muridnya. Karena ia memegang
prinsip bahwa tidak ada murid yang “bodoh”, yang ada hanyalah guru yang tak
bisa mengajar dengan baik. Seorang guru tidak bisa memberikan metode pengajaran
yang sama terhadap murid-muridnya yang notabene memiliki karakteristik yang
berbeda-beda.
Film ini sangat saya
rekomendasikan kepada mereka yang bersiap menghadapi SBMPTN maupun Ujian-ujian
Masuk atau Saringan Perguruan Tinggi, dan mereka yang mengabdikan diri sebagai
tenaga pendidik, serta anak dari orang tua dan orang tua dari anak. Film ini
memberikan kisah yang inspiratif sekaligus menarik untuk disaksikan. Banyak
pesan moral yang dapat diambil dalam film ini.
Sekian.
NB: Credit scene-nya mantap!
Review: Biri Gyaru/Flying Colors (2015)
Reviewed by Kakikukico
on
Kamis, Maret 24, 2016
Rating:
Terakhir nonton film Jepang itu yang judulnya Orange. Tau, kan?
BalasHapusFlying Colors ini juga udah ada di laptop. Nggak sabar pengen icipin film ini. Soalnya masih berbau teenage movie, salah satu jenis film yang kusuka :D
Kalau saya kebalik, Orange yang belum ditonton padahal udah ada di laptop beberapa bulan yang lalu :D
HapusOrange kalo gak salah adaptasi anime-nya tayang musim kemaren. Tapi saya gak ambil, soalnya pengen nonton filmnya duluan. Nanti saya tonton + review (kalau sempet)
Flying Colors mantep loh, segera dicicip ya! :D