“18th
December, a day where even the mountain winds seemed to freeze.
The day I
fell into the black sea of despair,
Pernahkah kamu membayangkan, ketika kamu
terbangun dari tidurmu, kamu ternyata tidak berada di semesta yang sama dengan
sebelumnya. Ketika kamu terbangun dari tidurmu, sosok yang dekat denganmu sudah
tidak berada di sekitarmu lagi. Ketika kamu terbangun dari tidurmu, memori yang
kamu miliki berbeda dengan fakta yang diingat oleh orang-orang di
sekitarmu. Kurang lebih, itulah yang dialami oleh Kyon, protagonis dalam serial
Haruhi Suzumiya, di film ini. Pada 18 Desember, Kyon menyadari bahwa Haruhi
sudah tidak lagi ada bersamanya di ‘realita’ yang baru.
The
Disappearance of Haruhi Suzumiya (Suzumiya Haruhi no Shoushitsu)│Movie│Duration:
2 hr. 42 min.│Studios: Kyoto Animation│Genres: Slice of Life, Supernatural, Sci-Fi,
Mysteri, Romance, School, Comedy│Source: Light Novel│Status: Finished Airing (February
2010)│Director: Tatsuya Ishihara│Orignal Creator: Tanigawa Nagaru│Sumber: MAL│
The
Disappearance of Haruhi Suzumiya adalah film yang disutradarai Tatsuya
Ishihara dan diproduksi oleh Kadokawa Shoten, Animation Do bersama studio
animasi Kyoto Animation. Film ini mengadaptasi buku keempat dari serial light
novel Haruhi karya Tanigawa Nagaru dengan judul yang sama. Film ini merupakan
sekuel langsung dari serial anime-nya yang tayang pada tahun 2006 dan 2009.
Film ini mengisahkan kelanjutan kisah petualangan
shenanigans Kyon (VA: Tomokazu
Sugita) bersama Haruhi Suzumiya (VA: Aya Hirano), sang “Dewi Pencipta”; Yuki
Nagato (VA: Chihara Minori), si alien kutu buku; Mikuru Asahina (VA: Yuko
Goto), gadis penjelajah waktu yang ceroboh; dan Itsuki Koizumi (VA: Daisuke
Ono), si Esper yang tampan; sebagai SOS-dan. Haruhi, ketua SOS-dan, merencanakan untuk merayakan
natal dengan melakukan pesta di ruangan klub sekolahnya.
Tetapi, rencana itu ternyata tidak berjalan
dengan mulus. Pada 18 Desember, Kyon menyadari dirinya berada di dunia yang
berbeda. Dunia dimana tidak ada SOS-dan.
Yuki bukan lagi alien. Asahina Mikuru bukan lagi seorang penjelajah waktu,
bahkan tidak lagi mengenalinya. Kemudian, Haruhi dan Koizumi yang tidak berada
lagi di sekolah yang sama dengannya.
Kyon pun mengalami dilema. Di satu sisi, dia
mengharapkan kehidupan sekolah yang normal, tidak ada fenomena supernatural
yang mengancamnya dan membuatnya terus mengeluh. Namun, di sisi yang lain, Kyon
merindukan sosok yang membuatnya merasakan fenomena-fenomena tersebut tanpa disadari
sosok itu sendiri, Haruhi Suzumiya. Setelah menemukan sedikit petunjuk dari
Yuki Nagato (versi alien) dalam buku yang terdapat di ruangan klub, Kyon pun
mulai mencari jawaban dari apa yang dialaminya.
Apa yang sebenarnya dialami Kyon? Bagaimanakah
Kyon keluar dari situasi tersebut? Kemudian, siapa sebenarnya penyebab dari
berubahnya semesta yang ditinggali Kyon?
Sesuai dengan janji saya di postingan
sebelumnya, berikut ulasan saya mengenai film The Disappearance of Haruhi Suzumiya. READY?_
WARNING! Review ini mengandung SPOILER
ringan.
Sebagai penggemar ‘baru’ dari franchise Haruhi, saya menilai film ini
seolah-olah merupakan bentuk ‘permintaan maaf’ dari komite produksi serial
anime Haruhi atas perbuatannya pada para Haruhi-ist
atau penggemar Haruhi. Setelah membuat para penggemar kesal dengan Endless Eight pada penayangan serial
versi 2009, film ini seolah membayar kekesalan dari Endless Eight itu sendiri.
Rencana awalnya, The Disappearance of Haruhi Suzumiya bukanlah arc cerita yang akan
dirilis sebagai film. Arc ini adalah episode-episode yang akan tayang bersamaan
dengan episode baru di sekuel yang direncanakan (terkonfirmasi dari durasi film
yang setara 8 episode TV anime). Namun, komite produksi Haruhi memutuskan untuk
merubah rencana tersebut. Mereka menilai arc Disappearance ini lebih cocok untuk dirilis sebagai film.
The
Disappearance of Haruhi Suzumiya pun kemudian direncanakan untuk
dirilis sebagai film. Akibatnya, untuk mengisi slot episode di ‘season 2’ yang kurang
karena dikosongkan oleh arc Disappearance,
munculah Endless Eight, delapan
episode yang nyaris berisi konten yang sama. ‘Kemarahan’ para penggemar pun tak
terelakkan. Saya tak bisa membayangkan bagaimana perasaan penggemar Haruhi di
waktu penayangannya, yang membuat mereka menunggu episode baru tiap minggunya
tetapi malah disuguhi 8 episode yang nyaris sama dengan perbedaan yang minor.
Beruntung, semua kekesalan tersebut (mungkin) terbayarkan oleh film ini. Eksekusi yang luar biasa dari para staf produksi yang terlibat, menjadikan film ini cukup diterima oleh penggemar anime. Hal itu bisa dilihat dari pendapatan kotor film dan jumlah kopi Bluray dan DVD yang terjual. Film ini menghasilkan total pendapatan kotor sebanyak 890 Juta Yen (7,5 Juta Dolar AS) di box-office Jepang, angka yang cukup besar untuk standar non-standalone movie dari anime yang tayang tengah malam dengan jumlah bioskop terbatas (hanya 24 bioskop di Jepang yang menayangkan film ini di minggu perdananya). Film ini juga turut ditayangkan di Korea Selatan, Taiwan, Thailand dan Filipina. Film ini juga menjual ±77,000 kopi keping BluRay dan ±24,000 kopi keping DVD di minggu pertama penjualannya, memuncaki Oricon chart di minggu tersebut.
Angka-angka diatas menjadikannya film rilisan
Kyoto Animation terlaris saat itu, sebelum akhirnya dilewati oleh film Eiga K-ON! (2011) yang kemudian rekornya
dipecahkan lagi oleh Koe no Katachi
(2016) yang baru saja rilis bulan September kemarin. Selain laris, The Disappearance of Haruhi Suzumiya pun
memperoleh penghargaan Best Theatrical
Film award di Animation Kobe Awards
Tahun 2010.
Lalu apa yang membuat film ini layak
mendapatkan penerimaan yang baik dari die
hard fans dan juga penggemar baru serial Haruhi? Ada beberapa poin yang
terpikirkan oleh saya. Berikut saya jabarkan poin-poinnya.
Visualisasi
‘Dunia Haruhi’ dan ‘Dunia Nagato’ yang Dapat Dirasakan Perbedaannya
Terdapat visualisasi yang kontras saat film
berjalan. Ketika Kyon bersama Haruhi sebelum dunia berubah, atmosfirnya terasa
dengan visualisasi latar dengan pewarnaan yang cerah. Sedangkan ketika dunia
berubah, atmosfer kelamnya terasa karena pewarnaan latar yang cenderung sedikit
redup. Karena cerita dinarasikan dari sudut pandang Kyon, penonton terbantu
untuk dapat merasakan rasa frustasi dan putus asa Kyon ketika ‘kehilangan’
Haruhi melalui warna latar tempat tersebut. Kredit untuk tim Color Designer yang digawangi Naomi
Ishida yang mampu memberikan sentuhan ini.
Musik yang Memorable
Film score masih
ditangani oleh Satoru Kousaki bersama tim komposer dari MONACA yang juga
menangani musik latar di serial TV anime Haruhi. Sama halnya dengan serial TV, dalam
film ini juga terdapat musik-musik klasik yang diaransemen ulang oleh Satoru
Kousaki dan MONACA. Seperti Gymnopedie
No. 1, 2 dan 3 dari Erik Satie terasa sangat pas dengan adegan terakhir Yuki dan
Kyon. Selain Gymnopedie, terdapat
karya Satie lain yang juga digunakan, yaitu Je
te Veux. Penggunaan musik-musik klasik ini tidak lepas dari peran Yasuhiro
Takemoto yang menggemari musik klasik.
Selain musik klasik tersebut, dalam film ini
juga kembali menyuguhkan musik latar yang menjadi ciri khas dari serial TV
Haruhi, Itsumo no Fuukei. Dengan dua
versi yang berbeda dari yang asli, Itsumo
no Fuukei diputar ketika Kyon melakukan narasi di awal film dan versi
lainnya di bagian akhir film.
Kemudian yang tak kalah memorable adalah Suzumiya Haruhi no Tegakari yang diaransemen oleh Ishihama Kakeru dari MONACA yang mengalun dengan tempo cepat membuat pendengarnya merasakan apa yang dirasakan Kyon setelah menemukan petunjuk keberadaan Haruhi.
Kemudian READY? yang dikomposisi Takada Ryuuichi melatari adegan klimaks dimana Kyon melewati konflik batin yang membuatnya dilema untuk memutuskan, ‘dunia mana yang sebaiknya ia pilih’.
Ishihama Takeru - Suzumiya Haruhi no Tegakari
Kemudian yang tak kalah memorable adalah Suzumiya Haruhi no Tegakari yang diaransemen oleh Ishihama Kakeru dari MONACA yang mengalun dengan tempo cepat membuat pendengarnya merasakan apa yang dirasakan Kyon setelah menemukan petunjuk keberadaan Haruhi.
Takada Ryuuichi - READY?
Kemudian READY? yang dikomposisi Takada Ryuuichi melatari adegan klimaks dimana Kyon melewati konflik batin yang membuatnya dilema untuk memutuskan, ‘dunia mana yang sebaiknya ia pilih’.
Bouken Desho Desho
Untuk themesong,
lagu opening kembali diisi oleh Bouken Desho Desho? yang dinyanyikan
oleh Aya Hirano. Lagu ini tentu memberikan kenangan tersendiri bagi para
penggemarnya. Kemudian ending song
yang berjudul Yasashii
Boukyaku dibawakan dengan brilian oleh Chihara Minori yang membuatnya berhasil
menyabet Best Singing Award di
ajang Seiyuu Awards 2011.
Chihara Minori - Yasashii Boukyaku PV
Loyalitas
Naskah Film terhadap Novel
Akhir-akhir ini, Kyoto Animation
seringkali merubah atau kurang loyal terhadap sumber adaptasi anime yang
diproduksinya. Padahal sebelumnya Kyoto Animation dikenal sangat loyal dan
pragmatis dalam mengadaptasi sumber adaptasi. Untuk film ini sendiri, Kyoto
Animation terbilang loyal dengan sumber adaptasinya. Hanya sedikit perubahan
yang dieksekusi, seperti adegan Kyon dan Nagato di atap rumah sakit.
Saya termasuk orang yang membaca novel Disappearance setelah menonton filmnya. Berdasarkan pengalaman saya tersebut, loyalitas tersebut sangatlah bijak dikarenakan novelnya sendiri saya rasa adalah salah satu yang terbaik dari Haruhi series (urutan yang terbaik buat saya: 1. Melancholy; 2. Disappearance; 3. Intrigues; 4. Surprise; sisanya di tempat yang sama).
Pengembangan
Karakter yang Sangat Baik
Anime
blogger yang juga pegiat sakuga
di dunia maya, Ultimatemegax, menyebut ada dua kisah yang terdapat dalam film
ini. Kisah love and return serta
kisah kehilangan. Yang pertama, kisah love
and return terlihat dari keputusan Kyon dalam memilih dunia yang ingin ia
tinggali. Kyon memilih dunianya Haruhi dengan segala fenomena supernaturalnya
dan pada saat yang bersamaan menolak dunia yang ditawarkan Nagato dengan
kehidupan yang normal.
Dari penjelasan di atas, dapat terlihat
bagaimana Kyon menolak Nagato yang ‘normal’ dan lebih memilih Haruhi. Perasaan
Nagato (yang diduga sebagai penyebab error-nya
‘alien’ Nagato) ditolak oleh Kyon. Sedangkan Haruhi dan Kyon saling menerima
satu sama lain.
Kemudian mengenai kisah kehilangan. Film
ini mengisahkan juga bagaimana Kyon yang merasa kehilangan kehidupan ‘menariknya’,
kehilangan teman-temannya di SOS-dan,
dan mungkin yang paling Kyon rasakan adalah kehilangan Haruhi. Karakter Kyon
yang sering mengeluh di kisah sebelumnya perlahan mulai berubah dewasa seiring
dengan berjalannya film ini.
Karakter Haruhi, meskipun mendapatkan screen
time yang lebih sedikit, mulai berubah ke arah yang lebih disukai penonton.
Sifat self-centered atau egoisnya
memang masih ada, tetapi di akhir film semuanya terjelaskan. Untuk karakter
lain yang mendapatkan spot utama juga adalah Yuki Nagato. Nagato memainkan
peranan yang central dalam film ini. Mungkin hanya Koizumi dan Mikuru, karakter
utama yang kurang mendapatkan pengembangan di film ini (karena baru
mendapatkannya di cerita setelah film ini).
Selain poin-poin positif di atas,
terdapat juga poin-poin negatif dari film ini. Berikut poin-poinnya.
Durasi
Film yang Terlalu Panjang
Poin ini mungkin berada di area ‘abu-abu’
lebih tepatnya. Penggemar berat Haruhi tentu tetap akan merasa kurang
terpuaskan dengan durasi film sepanjang apapun. Di sisi lain, seorang casual anime fan mungkin akan merasa
jenuh dengan durasi yang terlalu lama. Tiga jam bukanlah waktu yang singkat
untuk sebuah film.
Not a Standalone Movie
Yep, film ini baru bisa dinikmati setelah
menyelesaikan serial TV anime Haruhi. Bahkan, ‘kenikmatan’ yang dirasakan dari film
ini tergantung pada berapa banyak episode yang anda tonton dari serialnya. Jika
penonton menyaksikan keseluruhan episode serialnya, dijamin feels-nya akan sangat terasa saat
menonton filmnya. Tetapi, jika melewatkan satu saja episode Endless Eight, maka ‘orgasme’ yang akan
dirasakan akan berkurang. Kidding.
Faktor inilah yang menjadikan film ini
masih dilewatkan oleh beberapa penggemar anime. Mereka tidak mau melewati Endless Eight hanya untuk menikmati film
ini. Padahal, kita harus selalu mengingat peribahasa, ‘berakit-rakit dahulu, berenang-renang ketepian’. Lewati Endless Eight dahulu, nikmati Shoushitsu kemudian.
Yap, ituah poin-poin yang terpikirkan
oleh saya mengenai film ini. Kesimpulannya, The
Disappearance of Haruhi Suzumiya akan memberikanmu pengalaman yang unik
saat menyaksikannya. Cerita yang mengalir digerakkan oleh narasi tokoh utama
ini akan membuat anda merasakan apa yang dialami karakter-karakternya. Durasinya
mungkin terlalu lama, tapi saya jamin akan terbayarkan setelah menonton
filmnya. Sekian.
Review: The Disappearance of Haruhi Suzumiya (2010)
Reviewed by Kakikukico
on
Minggu, Desember 18, 2016
Rating:
Tidak ada komentar: